Sidang Ujian terbuka Promovendus Program Doktor Pascasarjana ISI Yogyakarta I Nyoman Suardina, S.Sn., M.Sn. pada hari Selasa, 23 Desember 2014 di hadapan Penguji yaitu Prof. Drs. SP. Gustami, SU., Dr. Ir. Yulriawan Dafri, M.Hum., Prof. Dr. Djohan, M.Si., Profesor Drs. M. Dwi Marianto, MFA., Ph.D., Profesor Drs. Soeprapto Soedjono, M.F.A., Ph.D., Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Dr. Suastiwi, M.Des., Dr. Timbul Raharjo, M.Hum., Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. yang di selenggarakan di Cocert Hall ISI Yogyakarta dengan judul Disertasi VISUALISASI HUBUNGAN PERILAKU MANUSIA, HUTAN, DAN LEBAH MADU DALAM KRIYA SENI
Promovendus mengambil latar belakang tentang isu kerusakan hutan dan lingkungan, selalu hadir dalam beberapa dasawarsa terakhir. Hal ini sudah menjadi kecemasan serius bagi manusia, khususnya yang perduli terhadap kelestarian alam. Catatan terakhir lembaga sosial Bank Dunia menyatakan, luas kawasan hutan Indonesia pada tahun 2011 hanya mencapai 944.320,00 km2. Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, mengklaim bahwa laju perusakan hutan (deforestasi) periode tahun 1990-2000 yang mencapai angka tertinggi yakni 3,51 juta hektar/tahun telah dapat ditekan pada periode tahun 2000-2006 menjadi 1,125 juta hektar/tahun (sumber: http://ads2.kompas.com/layer/kemenhut/nov2513/index.html).Namun dari perspektif kelestarian alam hal itu belum berarti banyak. Ditinjau dari kesalahan manusia mengelola hutan alam Indonesia, dan dampak serius yang ditimbulkannya, masih dibutuhkan perhatian, usaha, waktu, dan biaya yang sangat besar untuk dapat mengembalikan hutan. Jika ada usaha pengembalian kondisi hutan, yang terbentuk nantinya adalah berupa hutan buatan, dengan ciri umum vegetasi yang homogen. Hutan hujan tropis Indonesia adalah hutan alam dengan keanekaragaman hayati yang masih alami, serta variasi vegetasi dari berbagai macam spesies sebagai ciri khasnya.
Penjelasan singkat tentang perusakan hutan tersebut menunjukkan sebuah keburukan tentang etika pengelolaan hutan. Sisi lain, hancumya kehidupan dan tata hubungan alamiah berbagai keanekaragaman hayati (diversitas) yang ada dalam kawasan hutan merupakan sebuah penghancuran estetika yang berkaitan dengan hutan. Salah satu dari keanekaragaman hayati tersebut adalah lebah madu hutan, yang merupakan bagian dari spesies serangga penghuni kawasan hutan. Penjelasan tersebut memberikan petunjuk keterkaitan perilaku manusia, hutan, dan lebah madu dalam permasalahan kerusakan hutan. Perspektif inilah yang memicu kegelisahan, mendorong pikiran untuk berbuat, dan mendorong keinginan untuk berekspresi melalui penciptaan karya kriya seni.
Ide penciptaan karya kriya seni ini, bermula dari munculnya kembali ingatan tentang lebah madu, yang menjadi bagian dari pengalaman bermain di masa kanak-kanak. Masa sekarang, pikiran mengarah pada perspektif yang berbeda, bahwa lebah madu bukanlah sekadar serangga yang hadir
¿alam usia bermain, namun merupakan serangga yang memiliki fungsi penting di alam. Fungsi penting yang dimaksud adalah lebah madu dapat membantu proses penyerbukan secara alami pada tumbuhan. Makanan utama lebah madu adalah nektar dan tepung sari dari bunga rumput hingga bunga pohon-pohon tinggi. Sebagai penghasil dan pengumpul madu yang bersumber dari bunga, secara alamiah lebah madu ikut dalam proses penyerbukan yang merupakan hal terpenting dalam siklus berkembangnya tumbuhan dan pepohonan. Lebah madu adalah bagian dari serangga yang berjasa menumbuhkembangkan vegetasi hutan belantara, sekaligus sebagai rumah alami bagi lebah madu. Hubungan tersebut merupakan tata hubungan alamiah yang saling menjaga dan menguntungkan.
Dengan mempertahankan Disertasinya dihadapan penguji dan berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penguji maka I Nyoman Suardina, S.Sn., M.Sn. berhasil menjadi Doktor Penciptaan Seni dengan predikat Sangat Memuaskan.