Sidang Ujian terbuka Promovendus Program Doktor Pascasarjana ISI Yogyakarta Basuki Sumartono pada hari senin, 22 Desember 2014 di hadapan Penguji yaitu Prof. Drs. SP. Gustami, SU., Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, MFA.,PhD., Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Dr. ST. Sunardi, Prof. Drs. M. Dwi Marianto, MFA.,PhD., Prof. Dr. PM., Laksono, MA., Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc.,Dr. Suastiwi, M.Des., dan Prof. Dr. Djohan, MSi. yang di selenggarakan di Cocert Hall ISI Yogyakarta dengan judul Disertasi Pencitraan Aura Magis “Refleksi Karisma Estetik Pamor Keris dalam Seni Lukis.
Promovendus mengambil latar belakang tentang seni tradisi tidak terlepas dari spirit lokal yang bersumber pada nilai budaya yang diyakini atau dianut oleh masyarakat setempat. Spirit lokal itu berlangsung terus-menerus, sehingga dapat mendorong proses kreatif bagi para kreator untuk menghasilkan karya seni yang memiliki identitas budaya daerah yang mampu untuk memberikan inspirasi kembali, yang tidak ada habisnya untuk digali, diolah, dan diproyeksikan sesuai dengan jamannya. Budaya tradisi oleh sebagian masyarakat dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan fisik dan spiritual dalam bersosialisasi dengan sesama, dengan alam, dan dengan hal-hal lain yang bersifat metafisik, misalnya dengan Tuhan melalui persembahan.
Salah satu hasil produk budaya tradisi Indonesia yang menarik perhatian adalah keris. Keris memiliki citra visual yang sangat menakjubkan. Keris diyakini sebagai produk budaya Indonesia asli. Sejarah mencatat bahwa walaupun nenek moyang bangsa Indonesia umumnya pernah memiliki kepercayaan animisme-dinamisme, hingga masuknya agama Hindu dan Budha, tidak pernah ditemukan bukti-bukti bahwa budaya keris berasal dari India atau negara lain.
Sebagian besar pecinta keris, baik di pulau Jawa maupun di daerah lain, memiliki pandangan bahwa keris bukan hanya sebuah benda yang terbuat dari bahan besi, baja, dan pamor yang bentuknya indah, namun mereka juga beranggapan bahwa ada sesuatu yang lain yang terkandung dalam sebilah keris, sehingga keris tidak hanya sekedar dipandang dari nilai keindahannya saja, namun memiliki sesuatu yang berupa kekuata. Dengan mempertahankan Disertasinya dihadapan penguji dan berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penguji maka Drs. Basuki Sumartono, MSn. berhasil menjadi Doktor Penciptaan Seni dengan predikat Sangat Memuaskan.