Pada hari Jum’at, tanggal 22 April 2016 pukul 09.00– 11.30 WIB Pascasarjana ISI Yogyakarta menggelar Ujian Terbuka Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. Sidang diketuai oleh Prof. Dr. Djohan, M.Si., Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi sebagai Promotor, Prof. Timbul Haryono Kopromotor 1,Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum. Kopromotor 2, dan Dewan Penguji Dr. Sunarto,Dr. H. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum.,Dr. St. Sunardi, Prof. Drs. M. Dwi Marianto, M.F.A., Ph.D., Prof. Suminto A. Sayuti. Saudara Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. berhasil mempertahankan Disertasi yang berjudul
Adegan “Penyamaran Rahwana Sebagai Brahmana Dalam Penculikan Sita “: Karya Tiga Seniman Prasi Di Desa Sidemen Karangasem Bali (Kajian Ikonografi Dan Ikonologi)
di hadapan Dewan Penguji sehingga lulus dengan predikat “Memuaskan” dan menjadi Doktor ke 28 dari PPs ISI Yogyakarta
Disertasi saudara Promovendus membahas tentang Seni prasi yang merupakan gambar atau bentuk visual berupa goresan-goresan padadaun lontar kering dengan menggunakan pisau kecil berujung runcing (Bali: pengutikatau pengrupak), kemudian diberi warna hitam terbuat dari buah kemiri yang dibakar
Seni rupaprasi bergambar umumnya mengungkap cerita-cerita dari dunia pewayangan sepertiRamayana, Sutasoma, Mahabharata, Tantri, dan cerita-cerita sejenisnya. Cerita–cerita bergambar tersebut berkaitan erat dengan kesusastraan yang ditulis pada daunlontar. Tradisi penulisan dan penyalinan naskah pada daun lontar di Bali telah berkembang sejak akhir abad ke-15 pada zaman Kerajaan Gelgel dengan rajanya Dalem Waturenggong. Setelah pusat kerajaan pindah ke Klungkung pada awal abad ke-18, banyak naskah dalam bentuk kekawin(syair) dan kidung(nyanyian) digubah ke dalam bentuk geguritan (puisi)atau parikan (pantun dalam bahasa Bali/Jawa) dalam bentuk lembaran daun lontar, berupa gambar yang berasal dari naskah-naskah kuno, yang digores dengan pengrupak, lalu diwarnai dengan abu kemiri (Suwidja. 1979: 199). Tradisi mekekawin (nyanyian untuk keagamaan) khususnya dalam agama Hindu sudah tidak asing bagi masyarakat Bali, karena mekekawin dinyanyikan dari sajak-sajak yang tertulis pada daun lontar setiap ada kegiatan keagamaan, misalnya upacara di pura, upacara ngaben, dan upacara-upacara lain yang dilaksanakan pada acara ritual agama.
Seniman prasi kebanyakan memvisualisasikan cerita epos Ramayana yang terdapat pada dunia pewayangan. Bagi senimanprasi khususnya dan umat Hindu umumnya, epos Ramayana merupakan kisah yang sangat sakral dan disucikan.
Umat Hindu percaya, bahwa tokoh Rama dalam Ramayana adalah reinkarnasi dari dewa Wisnu yang turun ke Bumi untuk sebuah tujuan yaitu menegakkan dharma (kebaikan) dan menghancurkan kejahatan keangkara murkaan Rahwana ..
Dari sekian banyak seniman prasidi Sidemen, tiga orang di antaranya memiliki popularitas paling menonjol, yaitu Ida Bagus Jelantik Purwa, Ida Bagus Raka dan Ida Ayu Budawati. Ketiganya berasal dari desa Sidemen, Karangasem, Bali. Ketiga seniman seni prasi ini sudah mempunyai reputasi tinggi. Karya-karyanya yang unik mempunyai karakter berbeda dengan seni rupa prasi tradisional. Masing-masing mempunyai gaya pribadi yang berbeda, misalnya dalam aspek visual bentuk/rupa seperti penggunaan garis, bentuk, perspektif dengan sistem ganda, walaupun mereka berasal dari lingkungan seniman seni rupa prasi tradisional dan sama-sama mengangkat epos Ramayana.
Penelitian ini dilakukan di desa Sidemen, Karangasem, sebuah desa yang terkenal dengan pembuat seni rupa prasi yang sampai sekarang masih berkembang. Prasikarya seniman Sidemen mempunyai ciri khas tersendiri, yakni berani keluar dari pakem seni rupa prasi tradisional.
Dalam penelitian ini penulis meneliti prasi cerita Ramayana dengan pembatasan hanya adegan Penyamaran Rahwana Sebagai Brahmana dalam rangka Penculikan Sita.Dalam adegan ini merupakan inti cerita Ramayana, seperti yang dikemukakan Timbul Haryono yaitu kisah heroik dari Pangeran Rama, istri setianya Sita dan Rahwana penculiknya, lebih dikenal dengan nama populer Ramayana, (Haryono dalam Hermanu 2012: 8). Kisah ini adalah metafora dimana pesannya adalah kemenangan kebaikan atas kejahatan, keangkaramurkaan, keserakahan. Baik itu dipersonifikasikan oleh Rama sebagai awatar Dewa Wisnu dan kejahatan dipersonifikasikan oleh Rahwana. Gara-gara perbuatan Rahwana berani menculik Sita, maka terjadi permusuhan antara Rama dengan Rahwana, sehingga terjadi malapetaka bagi Rahwana. Rama sangat marah sehingga terjadilah permusuhan antara Rama dengan Rahwana. Rama menyerang Alengka untuk mencari istrinya yang diculik Rahwana, sehingga terjadi pertarungan antara Rama dengan Rahwana dan pada akhirnya Rahwana tewas.
Seni rupa prasi yang dibuat pada daun lontar telah lama berkembang di Desa Sidemen, Karangasem, Bali. Proses pembuatan prasi adalah dengan menggoreskan pisau khusus (pengrupak)padapermukaan daun lontar tersebut. Seni rupa prasi hanya menggunakan warna hitam, yang dibuat dari jelaga hasil pembakaran buah kemiri.
Ramayana adalah cerita perjalanan hidup Rama dan Sita. Ditinjau dari segi kepercayaan, cerita Ramayana merupakan sarana pendidikan rohani yang mengandung falsafah sangat dalam, sejalan dengan cerita kehidupan manusia dalam mencari kebenaran dan hidup yang sempurna. Cerita Ramayana menyinggung pula tentang kebaikan dan kesetiaan Sita kepada suaminya yaitu Rama, karena menurut kepercayaan masyarakat Bali Rama adalah titisan Dewa Wisnu, sedangkan Sita adalah simbol Dewi Sri, istri Dewa Wisnu.
Kisah Ramayana adalah metafora dimana pesannya adalah kemenangan kebaikan atas kejahatan, keangkaramurkaan, keserakahan. Baik itu dipersonifikasikan oleh Rama sebagai awatar Dewa Wisnu dan kejahatan dipersonifikasikan oleh Rahwana.
Seniman prasi di Desa Sidemen memilih tema cerita Ramayana dalam berkarya dan pemilihan tema itu dianggap oleh mereka sebagai pengabdian terhadap agama karena cerita Ramayana memang berkaitan erat dengan agama Hindu. Pemilihan tema itu merupakan refleksi dari kepekaan mereka terhadap tradisi kreatif dalam lingkungan agama Hindu. Ramayana mengandung nilai-nilai moral terkait dengan sradha (keyakinan) dan bhakti marga (jalan pendekatan) dalam penyelengaraan ritual agama Hindu. Seni rupa prasitumbuh dan berkembang berkat pengaruh seni lukis wayang Kamasan.Adapun tema paling terkenal yang dipilih untuk seni rupa prasi adalah Ramayana.
Prasi karya ketiga seniman di atas selanjutnya perbedaannya bisa dilihat dari ikonografi dan ikonologi yaitu :
Pertama aspek Praikonografi mengenai Aspek Faktual dan Ekspresional, (1).Prasi karya Ida Bagus Jelantik Purwa bisa dikatakan lebih bebas penampilannya, yaitu berani menggambarkan adegan yang agak dramatis
(2). Prasi karya IdaBagus Raka bisa dikatakan setia mengikuti pakem cerita Ramayana sebagaimana prasi-prasi yang berkembang sebelumnya di Sidemen, yaitu dengan menggambarkan keberadaan Rahwanadan Sita di dalam ‘hutan yang lebat’,
(3).Prasi karya Ida Ayu Budawati lebih setia mengikuti pakem cerita Ramayana sebagaimana prasi-prasi yang berkembang sebelumnya di Sidemen, menampilkan yaitu Sita duduk ‘bersimpuh’ menggabungkan penggambaran visual dengan teks tertulis. Prasi karya Ida Ayu Budawati lebih berani menampilkan bidang kosong komposisi lebih dinamis.
Kedua aspek ikonografi ‘konsep’ dan ‘ide’ berbeda, (1). Ida Bagus Jelantik Purwa menggunakan konsep kebebasan amoralitas (rahwana) dan loyalitas Sita (2). Ida Bagus Raka menggunakan konsep ‘kesepian dan ketakutan Sita’ serta kesetiaan pada teks Ramayana, sehingga penggambaran hutan betul-betul berkesan hutan lebat dan angker. (3). Ida Ayu Budawati menggunakan konsep ‘kesopanan’ Seperti ditampilkan Sita duduk ‘bersimpuh’ dan dalam teks penjelasan lewat tulisan menggambar seadanya disertai teks penjelas tertulis, Prasi karya Ida Ayu Budawati hanya menampilkan adegan penyamaran Rahwana sebagai seorang brahmana, tidak disertai adegan Rahwana memperlihatkan jati dirinya sebagai seorang raksasa.
KetigaInterpretasi ikonologis yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah makna simbolik, SimbolInterpretasi ikonologis adalah proses pemaknaan yang dilakukan dengan memakai intuisi sintetis terhadap simbol, karya prasi ; (1). Ida Bagus Jelantik Purwa menggunakan Interpretasi dari simbol ‘amoralitas (rahwana) dan loyalitas Sita’,(2). Ida Bagus Raka menggunakan Interpretasi dari simbol ‘kesepian dan ketakutan Sita’, (3). Ida Ayu Budawati menggunakan Interpretasi dari simbol ‘susila (etika)’ Seperti ditampilkan Sita duduk ‘bersimpuh’ dan dalam teks penjelasan lewat tulisan menggambar seadanya disertai teks penjelas tertulis.Makna intrinsik pada karya-karya terkait yang terdapat pada sebanyak mungkin dokumen kebudayaan yang ada. Dokumen-dokumen ini menjadi saksi kecenderungan ‘politis’, ‘puitis’/’sastra’, ‘religius’, ‘filosofis’, dan ‘sosial’
Manfaat
Pengkajian dan pendokumentasian karya seni rupa prasi ini memiliki berbagai manfaat penting dalam kaitan dengan upaya menggali kandungan nilai tradisi dan mengungkap makna dari sejumlah tanda. Berikut ini adalah berbagai manfaat tersebut: (1).Sebagai sumbangan pengetahuan bagi dunia seni dan budaya, tentang seni rupa prasi Bali sebagai salah satu warisan kebudayaan bangsa Indonesia. (2).Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia seni rupa prasi dalam bentuk hasil kajian komprehensif menyangkut bentuk, konsep, tema, dan makna simbolik yang terkandung adegan ‘Penyamaran Rahwana sebagai seorang brahmana’ bertema cerita Ramayana di desa Sidemen. (3). Sebagai acuan dalam mengembangkan keilmuan seni yang bersumber dari seni rupa prasi yang berasal dari budaya tradisional Bali.