Ujian Terbuka Adam Wahida

Ujian Terbuka Adam Wahida

Pada hari Kamis, tanggal 7 Januari 2016 pukul 10.00– 12.00 WIB Pascasarjana ISI Yogyakarta menggelar Ujian Terbuka saudara Adam Wahida, SPd., MSn. Sidang diketuai oleh Prof. Dr. Djohan, M.Si., Promotor Prof. Drs. M. Dwi Marianto, M.F.A., Ph.D. , Ko Promotor Dr. Timbul Raharjo, M.Hum., serta Tim Penguji Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Dr. Suminto A. Sayuti, Drs.Soeprapto Soedjono, M.F.A., Ph.D., Dr Suastiwi, M.Des., St. Sunardi, Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum. Saudara Drs. Adam Wahida,S.Pd. berhasil mempertahankan Disertasi yang berjudul SCHOOL ART LAB Pemberdayaan Siswa Melalui Penciptaan Seni Partisipatori di hadapan Dewan Penguji sehingga lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan”

Sebagai pengajar di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Surakarta, saya sering bertemu dengan siswa dan guru-guru seni rupa SMA di Surakarta. Dari intensitas pertemuan tersebut  saya tertarik mengamati kurikulum, hingga menyimpulkan bahwa pelajaran seni rupa memiliki posisi penting sebagai pemicu kreativitas siswa. Dalam hal ini, pelajaran seni rupa seharusnya mampu menjadi jalan untuk meningkatkan kreativitas dan memfasilitasi ekspresi kreatif siswa. Akan tetapi sejauh ini pengelolaannya belum berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

adam 16Hasil observasi saya di beberapa SMA Negeri dan Swasta menunjukkan bahwa dalam satu sekolah dengan jumlah ratusan  siswa, hanya dapat ditemukan beberapa siswa yang mempunyai perhatian pada pelajaran seni rupa. Hal ini terjadi karena pelajaran seni rupa hanya dianggap sebagai pelengkap, bukan pelajaran penting. Mayoritas siswa juga merasa dirinya tidak memiliki bakat seni. Di samping itu, pembelajaran praktik kreasi tidak mampu memunculkan kreativitas individu siswa yang unik dan original karena guru hanya mengajarkan pengetahuan teknis sehingga siswa terpaku pada contoh yang diberikan. Materi pembelajarannya pun tidak sejalan dengan karakter siswa sebagai remaja yang dinamis. Hal ini membuat siswa seolah ’terpaksa’ melakukan kegiatan yang belum tentu disukainya, sehingga tidak mengikutinya dengan baik. Amanat kurikulum  pada kenyataannya tidak dapat terimplementasi secara optimal. Pembelajaran seni rupa  belum mampu memfasilitasi ekspresi dan kreativitas siswa secara utuh.

Secara naluriah, fenomena pembelajaran seni rupa SMA di Surakarta tersebut selalu mengusik pikiran saya. Ketertarikan dan selera khas sebagai seniman yang bergelut di dunia pendidikan seni ini telah menciptakan kegelisahan, sekaligus juga kegairahan, tantangan, dan harapan. Berangkat dari kesadaran itu, saya tidak mendudukkan gagasan penciptaan seni secara individual tetapi lebih pada bagaimana melakukan proses penciptaan seni yang melibatkan partisipasi siswa. Gagasan tersebut muncul karena untuk menumbuhkan minat dan potensi siswa dalam memahami (melek) seni rupa tidak mungkin bisa dilakukan hanya dengan penciptaan seni simbolik, seperti membuat lukisan personal.

Salah satu tindakan yang bisa ditempuh untuk menjawab permasalahan di atas yaitu menciptakan proyek seni rupa. Di era kontemporer, proyek seni rupa dikenal sebagai salah satu media bagi perupa. Proyek seni rupa dilihat sebagai media ekspresi baru yang melibatkan sejumlah rancangan dan pelaksanaan seperti mengerjakan sebuah proyek. Media ini  tidak lagi berpusat pada proses kerja perupa yang individual dan soliter karena pola kerja seninya dilakukan dengan melibatkan sejumlah partisipan.

Melalui proyek seni rupa diharapkan bisa saling membuka pemahaman dan energi untuk melakukan kerja-kerja seni bersama, membangun demokratisasi ide yang berpijak pada kontekstualitas pendidikan dan sosio-kultural siswa. Dengan mekanisme kerja partisipatoris, diharapkan dapat mempersatukan pengalaman serta visi dan mendorong munculnya gagasan-gagasan kreatif yang mampu mewakili diri dan kreativitas siswa. Melalui proyek seni rupa ini saya juga bisa melihat berbagai kemungkinan strategi, model, dan metode penciptaan seni yang baru dalam ruang lingkup pendidikan dan khazanah seni yang lebih luas.

Untuk mewujudkan gagasan dan merealisasikannya ke dalam bentuk karya seni rupa, saya  memosisikan diri pada sikap penciptaan seni partisipatori dalam teks:  School Art Lab  sebagai bentuk proyek seni rupa untuk menumbuhkan minat dan potensi kreatif siswa, yang dimunculkan dalam konteks: Pemberdayaan  Siswa  Melalui  Penciptaan Seni Partisipatori.  School Art Lab menjadi nama proyek seni ini  sekaligus laboratorium seni sekolah untuk mewadahi kreativitas siswa dalam melakukan eksplorasi estetik dan artistik yang sesuai dengan jiwanya.

adam 4

Cari
Kategori