Drama musikal berjudul Pariyem 2000 digelar di Gedung Societet Mataram Taman Budaya Yogyakarta Rabu malam (06/02/13) terinspirasi dari puisi berjudul Pengakuan Pariyem karya penyair Linus Suryadi AG.
Sutradara pentas teater Untung Basuki menjelaskan, ide awal muncul dari Ketua Yayasan Cempaka Kencana, Renville Siagian yang kemudian bertindak selaku produser, sedangkan penulis naskah dikerjakan oleh Asa Jatmiko lulusan Asdrafi.
Dalam sinopsis diceritakan bahwa sosok Pariyem digambarkan sebagai wanita desa yang menjalani hidup dengan nilai-nilai apa adanya, seorang wanita yang lugu, jujur dan memiliki pengabdian tinggi kepada majikan di Dalem Suryomentaraman.
Namun atas tuntutan sang kekasih yang bekerja di Jakarta, serta kemauan orangtua yang lebih mengagungkan budaya modern, maka Pariyem harus melepaskan kepolosan dirinya guna memasuki kehidupan baru mengikuti sang kekasih pindah ke Ibukota Jakarta, dengan kultur yang sangat berbeda dengan yang selama ini dia jalani.
Konflik batin dalam diri Pariyem yang menggambarkan alur dramatikal terbentuk, dimana dengan keteguhannya dia mampu menghadapi godaan-godaan dari orang-orang disekitarnya yang mencoba mempengaruhi dirinya agar mengubah cara hidupnya menurut tata cara mereka.
Kendala didalam mengkonversikan bait-bait puisi menjadi adegan pementasan diatas panggung diungkapkan oleh Untung Basuki, sang sutradara, kepada RRI-Jogja, dengan menyertakan mahasiswa Jurusan Teater Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta digabung dengan anggota Sanggar Nuun dan Sanggar Bambu.
Pementasan Pariyem 2000 digarap dengan konsep realis, tanpa buka tutup panggung sehingga penonton dapat menyaksikan sendiri pergantian adegan yang terjadi, didukung musik live yang di setting diantara penonton dan panggung pertunjukan sehingga muncul suasana segar dengan lantunan enam lagu karya Renville Siagian.
Sumber: RRI Yogyakarta