Suarakan Pemilu yang Damai, Sopan, Santun dan Santai Lewat Pameran Seni Ala Mahasiswa ISI Yogyakarta

Suarakan Pemilu yang Damai, Sopan, Santun dan Santai Lewat Pameran Seni Ala Mahasiswa ISI Yogyakarta

Suarakan Pemilu yang Damai, Sopan, Santun dan Santai Lewat Pameran Seni Ala Mahasiswa ISI Yogyakarta

Panitia Penyelenggara Lily Elserisa mejelaskan karya dari mahasiswa pascasarjana jurusan Pengkajian dan Penciptaan, program studi Pencipta Desain Komunikasi Visual angkatan 2018, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang sedang dipamerkan

TRIBUNJOGJA.COM – Mahasiswa pascasarjana jurusan Pengkajian dan Penciptaan, program studi Pencipta Desain Komunikasi Visual angkatan 2018, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, menggelar pameran seni di galeri pameran, gedung pascasarjana, Selasa (08/1/2018).

Menariknya, dalam pameran perdana ini, mereka mengusung tema pilpres Indonesia 2019 yang mempertemukan dua kubu. Antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Panitia Penyelenggara, Lily Elserisa mengatakan pameran ini merupakan wujud kesadaran dari teman-teman mahasiswa pascasarjana ISI Yogyakarta, karena melihat fenomena yang terjadi saat ini di masyarakat.

Menurut dia, pemilihan presiden sebagai pesta demokrasi terbesar di Indonesia sebentar lagi akan segera digelar. Namun, sejauh ini, ia melihat para pemilih pemula yang notabene memiliki hak suara sedikit sekali yang memiliki akses informasi.

Terlebih, kondisi ini diperparah dengan munculnya polarisasi dua kubu yang cukup meresahkan.

Dua kubu itu seringnya justru memberikan kegaduhan dan saling tebar hoax. Bukan memberikan kesadaran mengenai bagaimana seorang pemilih pemula menyalurkan hak suaranya.

“Lewat pameran ini kami ingin kampanye sosial. Melalui pemilu yang damai, sopan, santun dan santai,” ujar Lily, ditemui di ruang galeri, Selasa (8/1/2019)

Pameran yang dibuka secara langsung oleh Kaprodi Pencipta Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr. Suwarno Wisetrotomo ini rencananya akan digelar selama dua hari. Dimulai dari tanggal 8 – 9 Januari 2019.

Ada puluhan karya, lebih tepatnya 12 karya desain visual tentang pemilu presiden 2019 yang dipamerkan. Kebanyakan, karya-karya mahasiswa pascasarjana ini berisi kritik sosial yang dikemas dalam nuansa seni, sehingga terkesan satir.

Seperti misalnya karikatur dengan kata-kata “suka menghasut, kepala jadi menyusut. “Suka mencerca, di akhirat kelak dijadikan rica-rica. “Suka menghina di Medsos, mulut menjadi monyong”.
Ada juga ungkapan-ungkapan seperti “penjualan sembako murah saat kampanye, bukan bantuan tetapi jebakan,”

“Sembako jadi murah bisa jadi jebakan yang bisa membuat bapak dan ibu menyesal karena memilih mereka yang jual murah”.

Dipameran ini juga kental dengan nuansa pesan kepada pemilih pemula bahwa hak suara sepenuhnya menjadi milik pribadi. Sebab itu pemilih dianjurkan mencoblos yang halal supaya yang memberikan suap gagal.

Tak ketinggalan, dalam pameran tersebut juga diungkapkan sebuah kritik sosial. Katanya, masyarakat saat ini terjebak dalam fenomena post-truth.

Bagaimana media massa menggiring opini demi keuntungan pribadi sementara itu bagi sebagian masyarakat fakta sudah tidak penting lagi.

Dalam karya itu dijelaskan, post truth terjadi pada seseorang ketika rasa percaya melampaui kebenaran, menggantikannya, seolah-olah apa yang ia pegang teguh pasti adalah kebenaran.

Fakta-fakta tentang presiden kubu lawan tidak lagi relevan. Yang pasti adalah kepercayaan bahwa calon dari kubu lawan selalu buruk, itulah yang akan menjadi apa yang mereka anggap sebagai kebenaran.

Kritik sosial dari karya itu kemudian menawarkan kampanye bernama “Indonesantai”.Dimana usulan pemecahan masalah yang dikampanyekan adalah berpolitik santai.

Intinya, agar dalam menanggapi peristiwa politis sehari hari, khalayak sebagai sasaran menjadi lebih tenang dalam menghadapinya, tanpa harus ikut menghujat atau bahkan sampai melakukan kekerasan fisik.

Kata Lily, semua karya itu merupakan bentuk kepekaan dari para mahasiswa terhadap isu yang lagi berkembang di masyarakat. Baginya, seorang desainer berkarya bukan hanya menyenangkan klien. Akan tetapi sesuai hati nurani.

“Kami tidak ingin hanya berkarya untuk para pemodal. Tetapi jauh dari itu semua, kami ingin memberikan kampanye sosial yang netral,”

“Kampanye yang informatif, edukatif dan memberikan ewaerness (kesadaran) kepada masyarakat,” tutur dia.

Sementara itu, seorang pengunjung, Diki Hidayat mengatakan pameran desain visual bertemakan pemilihan presiden itu sangat bagus dan cukup menginspirasi.

Menurutnya, ketimbang literatur, sebagian orang saat ini lebih cenderung menyukai visual. Karena lebih simpel untuk menyampaikan pesan.

“Sehingga anak-anak muda lebih tertarik untuk melihat dan menikmatinya. Ketika gambar itu dilihat maka secara tidak langsung pesan yang ditampilkan juga tersampaikan,” tutur pemuda berusia 22 tahun ini. (tribunjogja)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Suarakan Pemilu yang Damai, Sopan, Santun dan Santai Lewat Pameran Seni Ala Mahasiswa ISI Yogyakarta, http://jogja.tribunnews.com/2019/01/08/suarakan-pemilu-yang-damai-sopan-santun-dan-santai-lewat-pameran-seni-ala-mahasiswa-isi-yogyakarta?page=3.
Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: has

Cari
Kategori