Konser Karawitan Dosen ISI Yogyakarta Di Tembi Rumah Budaya

Konser Karawitan Dosen ISI Yogyakarta Di Tembi Rumah Budaya

 

KonserKarawitanTembiWebJurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta, menggelar Konser karawitan di Pendopo Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Kamis malam (31/01/13).

Konser menampilkan karya lima Dosen masing-masing, Djoko Maduwiyata, S.Kar, M.Hum berjudul “Pengabdian”, Drs. Trustho, M.Hum berjudul “Udan Mas Rineka”, Drs. Agus Suseno, M.Hum berjudul “Kuwalik-walik”, Drs. Sunyata, M.Sn berjudul “Budhalan”, dan Drs. Teguh, M.Sn berjudul “Gending Wilujeng”.

Ketua Jurusan FSP ISI Yogyakarta, Drs. Subuh, M.Hum. kepada RRI-Jogja menjelaskan, konser karawitan tersebut sebagai wujud apresiasi FSP bekerjasama dengan Tembi Rumah Budaya menampilkan karya para Dosen baik berupa aransemen dari gendhing yang sudah ada serta kreasi yang baru dan belum pernah dipentaskan.

Setiap Dosen mementaskan kreasinya dalam waktu 20 menit dan ke-lima penampil diiringi oleh 20 pengrawit yang memainkan instrumen gamelan berganti-ganti posisi.

Untuk gendhing karya Djoko Maduwiyata berjudul “Pengabdian” Laras Slendro Pathet Manyura, menggarap pengalaman rasa dalam batin manusia. Demikian lagu dalam gendhing disusun atau ditata masuk dalam lingkup seni tradisi dengan harapan dapat dihayati dan dinikmati oleh para pemirsa.

Sedangkan Gendhing “Udan Mas Rineka” Laras Pelog Pathet Barang, karya Trustho adalah nama gendhing dalam bentuk bubaran yang memiliki keindahan musikalitas. gendhing ini disajikan pada bagian akhir pertunjukan sebagai penutup. Pertimbangan atas rasa sayang terhadap gendhing ini, maka dicoba dalam sebuah garapan komposisi karawitan yang diaransemen (rineka) agar menjadi gending menarik.

Secara filosofis Udan Mas memiliki makna puji syukur atas karunia yang dilimpahkan Tuhan bagi kehidupan seseorang, bagaikan “hujan emas” yang menimpa kebahagiaan seseorang.

Gendhing “Kuwalik-Walik” Laras Slendro Pathet 9 lan Pathet Manyura, kreasi Agus Suseno menggambarkan kehidupan manusia ibarat jalannya roda pedati yang menggelinding sampai batas tujuan kapan harus berhenti. Namun, di tengah perjalanannya kadang-kadang manusia tidak mampu menjaga kodratnya sebagai khalifah bumi.

Mereka ingkar, lupa dari batas kewajaran, bahkan nekad menjarah yang bukan menjadi haknya, yang membawa ketidak-imbangan dalam hidupnya, bahkan dapat menjatuhkan diri dari sifat-sifat kemanusiaannya. Karya Kuwalik-Walik mengantarkan pengunjung untuk merenung kembali akan tujuan hidup masing-masing.

Selanjutnya, gendhing berjudul “Budhalan” Laras Slendro Manyura, karya Sunyata mencoba untuk mengalih-wahanakan ceritera-ceritera Mahabarata ke dalam bentuk konser karawitan dalam lakon Sayembara Kunthi khususnya saat keberangkatan Raden Norosoma dari Kerajaan Mandaraka ke Negara Mandura dalam rangka mengikuti sayembara pilih. Keberangkatan tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk penyajian karawitan baik berupa vokal maupun instrumental.

Sedangkan gendhing Wilujeng Laras Pelog Patet Barang Ketuk 2 Kerep Minggah Ladrang, kreasi Teguh sebagai ungkapan do’a lewat media seni dengan harapan Tuhan Yang Maha Agung melimpahkan berkah dan perlindungannya sehingga umat manusia terlindungi dari semua mara bahaya.

Sumber: RRI Yogyakarta

Cari
Kategori